Judul : 5 Contoh Teks Cerpen Singkat dan Strukturnya (Persahabatan, Pendidikan, dan Cinta)
Link : 5 Contoh Teks Cerpen Singkat dan Strukturnya (Persahabatan, Pendidikan, dan Cinta)
5 Contoh Teks Cerpen Singkat dan Strukturnya (Persahabatan, Pendidikan, dan Cinta)
Contoh Teks Cerpen Singkat
Contoh Teks Cerpen Persahabatan
Kenangan Di Sudut Kelas Kita
Kenalin aku citra. Dan ini adalah kisahku dengan ketiga sahabatku di masa putih abu-abu. Dia adalah 2 sahabatku rey dan citra. Mereka adalah penyemangat duniaku. Katanya masa SMA ini adalah masa yang menyenangkan begitu juga yang kami rasakan bertiga. Bahagia selalu membuka dan menutup sagala aktifitas kami di sekolah, tapi kisah itu harus berubah 180 derajat disaat sang waktu mulai melangkah dan lelah melihat kami bertiga. Dan inilah kisah kami.
Di saat terakhir MOS kelelahan yang kami rasakan akhirnya terbayar dengan adanya pengumuman kelas masa depan kami nanti di sekolah ini. Tempat di mana aku dan prajurit pembutu mimpi ini akan berperang menghancurkan batu yang menutup kebahagian di masa depan nanti. Kami akan berusaha meraih cita-cita kami bersama di kelas baru ini. Dan tak sabar memakai title baru.
Aku dan kawan-kawan maju ke papan pengumuman itu. Hatiku tak perlu degdegan karena dimanapun ku ditempatkan aku sudah siap. Aku bersyukur di saat aku melihat nama ku di X2. Waw.. bangga ku rasa. Meski masih ada x1 tapi aku bersyukur. Kuperiksa nama teman masa depanku dan aku bahagia aku mengenal 1 orang di sana dia adalah temanku semasa MOS dulu REY.
Hari pertama sekolah dimulai. Agak risih juga memakai baju ini, putih abu-abu. Wajah yang tak kukenal kini berkumpul di kelas itu dengan bahagia, sepertinya mereka merasakan apa yang kurasakan hari ini. Meraka begitu hangat dan ramah lihat saja di sana gadis kecil yang baru datang itu. Dia menyunggingkan senyumnya yang manis sambil menyapa “hai.. selamat pagi.” Dia begitu ramah kelihatannya dia baik.
Gadis itu melangkah ke salah satu tempat duduk di depan sana. Dia sepertinya langsung mendapatkan teman duduk, dan setelah itu dia meneruskan langkahnya ketempat dudukku. Apa dia mengenal ku? Atau..? “hay rey..” sapa dia pada teman dudukku ini. Ow ternyata dia kenal dengan rey.
“citra.. kamu di sini juga” kata rey dengan ramah. Kelihatannya mereka adalah teman dekat.
“ia dong brow.. hum asik yah kita bisa satu kelas. Jadi kalo pulang bisa pulang bareng dong..”
“iya lah. Asik wah sebuah kebetulan yang luar biasa..”
Citra memandangku. “hay.. senang bertemu denganmu. Boleh kenalan?”
“juga.. namaku arga.”
Tak kuduga dari sinilah mulai terukir persahabatan antara kami bertiga, setiap pagi senyuman manis mereka menbuatku semangat. Canda tawanya membuatku bahagia, ketika hati tengah gundah mereka selalu siap menjadi tempat curhat ku, meski kadang perbedaan selalu terbentang jauh namun tak pernah kami bertengkar selalu ada jalan keluar untuk masalah yang mendatangi kami.
“penguman disampikan kepada siswa kelas X yang berminat menjadi anggota musik smansa agar segera mendaftarkan diri di panitia.”
Wah. Hal ini begitu membuatku girang, setelah sekian lama menunggu kesempatan untuk bergabung dengan musik smansa yang selalu menjadi buah bibir di masyarakat kini akan aku wujudkan. Aku berjanji di suatu saat nanti aku akan menjadi anggota musik smansa, meski tantangannya berat. Kali ini kami bertiga mengikuti audisi itu, karena tampa ku sadari ternyata kami bertiga memiliki hobby yang sama dalam musik.
“waw.. harus semangat nih secara kita bertigakan ikut..” kataku menyemangati
“yoi tapi masih banyak sih saingan.” Kata citra
“ia nih aku kok gak PD yah..” kata rey merenda. Ya meski sebenarnya jika aku melihatnya dia memiliki bakat.
“aduh aku gak mau daftar deh kayaknya, aku takut.” Kata Rey pesimis. Setelah melihat banyak anak-anak yang berminat, khususnya yang menjadi anggota exkul paduan suara.
“aduh Rey, gak ada salahnya kali mencoba. Coba aja dulu siapa tau bisa, kalo gak bisa lolos kan anggap aja ini sebagai pengalaman iya kan.” Kata Citra yang selalu menberi dukungan.
“iya benar tuh Rey..” kataku menimpali.
Akhirnya nama kami bertiga ditulis di kertas pendaftaran itu, Rey suara bass, aku di tenor dan citra sebagai alto. Partitur segera dibagikan dan yang menbuat ku kaget besok langsung audisi menbaca not. Saat inilah solidaritas kami teruji. Meski beda suara namun kami terus berlatih bersama saling mendukung.
“do.. re.. mi…” suara melodi yang kami keluarkan, ternyata membaca not itu menyenangkan juga Meski ada beberapa yang susah, dan kadang aku salah dalam membaca tanda not tapi kita bertiga tak menyerah. Kita berusaha sebisa mungkin.
“gais.. lelah juga yah latihan. Terapi dulu yuks.” Kataku yang mulailelah berlatih seharian. Yang langsung ditimpali rasa penasaran citra.
“ha! Apa kunteng? Terapi? Yang bener? Terapi apaan? Dimana?” aduh buset dah.. kelewatan bangat nih orang nanya biasanya juga satu-satu.
“iya. Terapi ikan. Dekat leb komputer.” Aku menjelaskan sedetail mungkin. Lucu juga sih biasanya kan yang makan ikan tuh manusia. Ini ikan yang makan manusia. Hehehe.. lain coy
“wah asik nih. Langsung cebur dah gue.” Kata citra cewek yang suka aneh itu. Dia langsung membuka sepatunya dan menaruh kakinya di kolam ikan itu. “aw.! aw! geli.. geli..” kata citra seketika sambil melompat-lompat. Aku dan rey tertawa geli meihat tingkah citra yang lucu.
“makanya.. kalo bertindak tuh jangan asal. Sotoy sih lo.” Kata Rey merayu. Wajah citra seketika berubah cemberut lucu juga.
“udah ah dari pada bertengkar ke kelas lagi yuk. Latihan lagi kan kita mau audisi ntar.” Kata u.
Yeah.. sampai di kelas lain lagi yang dibuat. Rey malah utak-atik kamera. “woi. Foto bareng yuk.” Akhirnya kita malah sibuk lagi bertiga mengekspresikan gaya-gaya yang super alay. “creg.. creg..” fotonya unik juga. Orangnya kayak do re mi lagi.
Sekarang jam 3.
OMJ waktu sepertinya begitu cepat. Kita melangkah ke ruang musik untuk audisi. Di sana telah banyak anak-anak. Waw banyak juga yang berminat. Di sana kami bertiga saling mendukung sambil hatiku tercengang. “semangat..”
Akhirnya setelah melakukan audisi dengan waktu yang panjang. Audisi selesai juga. Tinggal nunggu pengumuman. Dan besok kita dengar pengumannya. Takut juga.
“wi.. pasti gua gak lolos nih” kata rey dan citra. Aduh kenapa ni berdua jadi pesimis. Aku jadi terbawa lagi. Tapi besok baru diterima jawaban yang pasti.
Kami bertiga melangkah ke papan di ruang musik, banyak sekali anak-anak di sana. Kami mencari nama masing-masing. ‘Arga’ yes namaku ada. ‘rey putra’ yeah rey juga masuk. Dari tadi citra cemberut dan sedih. “kenapa lo?” “liat aja sendiri” katanya cuek. Di sana tidak ada nama citra. Sedih sekali rasanya. Seketika air mata citra jatuh, dengan kecewa citra berlari pulang. Aku sedih melihat sahabatku ini.
“citra tunguin kita dong” kami berlari mengejar citra dan akhirnya dapat juga. “woi jangan sedih gitu dong. Ini kan baru tahap pertama lagian kamu juga yang bilag kalo gak lolos anggap aja ini pengalaman.” “kalian gak tau apa yang aku rasakan karena kalian lolos”
Mulai saat itu citra gak peduli lagi sama kita, dia pendiam dan tidak seceria dulu, banyak perubahan padanya, dia kini tidak sesemangat dulu dalam belajar musik, bahkan selalu menutup telinga ketika mendengar kata musik, jujur kita sedih bangat.
“rey. Aku kasian deh sama citra.”
“aku juga. Dekati yuks.”
Kita mendekati citra. “citra lo kok gini sih.”
“begini apa?”
“lo tuh berubah”
“gak kok. Perasaan kalian aja”
“gak cit. cit kita ngerti kok gimana perasaan lo..”
“memangnya perasaan gue gimana?”
“lo pasti sedihkan lo gak lolos, tapi lo gak boleh nyerah. Lo juga jangan jauhin kita dong kita kan kangan sama lo, kasian l yang selalu murung gitu, apa lo gak kangan sama kita?”
Sesaat citra terdiam. Sambil meneteskan air mata. Aku dan rey menghapus air matanya.
“lo gak boleh nangis, karena air mata lo adalah luka untuk kita, dan sebagai sahabat kita gak mau liat lo gini terus, kita sayang sama lo.”
“iya maafin gue yah, gue janji gak akan murung lagi”
“yeah.. gitu dong.”
Aku dan rey segera memeluk citra, bahagia rasnya melihat citra bahagia lagi
Contoh Teks Cerpen Cinta
Takdirlah Sutradaranya
Andai kau menyatukan sepasang kasih, tiada luka menyayat lara, tiada puitis mengandung dusta tiada air mata terbuang percuma, tiada hidup berakhir sia. Tidakkah kau dengar rengkuhan doa memanggil cinta?
Takdir, kutulis kisahku menyentuh ibamu, berharap kau satukanku dengan kasihku.
—
Disepertiga malam, masa seakan berhenti. Seakan semua terkesima mendengar munajatku yang memohon akan cinta.
Kasihku berawal dari perjumpaanku dengan Rahman, kala ia menjadi guru ngajiku.
Rahman istimewa. Ia tuli dari konsonan kata tak bermakna, ia bisu dari ucapan kotor dari bibirnya, ia lumpuh dari jalan mungkar. Ia hafidz. Ia nyaris sempurna. Namun, penglihatan diambilNya, agar ia tak terlena oleh kegelimangan dunia fana.
Aku mencintainya.
Suatu hari, Rahman meminagku. Aku bahagia, hingga aku lelah sendiri agar semesta tau tentang bahagiaku.
Namun kenyataan menumbuhkan ego, kala orangtuaku menolak Rahman, bahkan mencacinya.
“Dasar orang buta! Mau kau kasih makan apa anakku. Hidupmu saja di panti asuhan. Mau kau ajak ngemis nantinya he…”
Cinta. Aku kalap. Orang tuaku murka hingga menumbuhkan penyakit ginjal dalam diriku.
“Jika kita berjodoh, Insyaallah kita akan bertemu sebagai pasangan yang hahal La.”
Ingin hati memeluknya. Menangis, bercerita akan hidupku yang rapuh digerogoti asa yang terlanjur bahagia.
“Aku mencintaimu Mas.”
“Aku pun masih mencintaimu La. Tapi, simpanlah cinta itu untuk pasangan kita kelak.”
“Mas…” aku menunduk. Pandanganku kabur. Gelap.
—
Nyeri menusuk igaku. Tarikan nafas seakan mencekikku. Setelah operasi ginjal tiga hari lalu, aku siuman.
Sebuah mukena dan tape recorder ada di sebelah tempat tidurku.
“Laila terkasih…
Telah kuterima ketulusanmu dengan cintaku. Jaga ginjalku Lalila. Perkenalan denganmu adalah bahagiaku, aku pergi dengan tenang, kutunggu kau di surga, bersama kebahagiaan cinta kita. Insyaallah.”
Aku terseok mengejar waktu membawa Rahman pergi. Menghampiri hujan uang serasa menjahit kulitku.
Kejam!! Takdir… Kemana kau bawa Rahman? Aku ingin kebersamaan, bukan ginjal…
Sebuah truk melaju kencang. Aku mematung di tengah jalan. Biar kuakhiri semua disini. Aku siap. Rodanya melaju semakin dekat. Aku memejamkan mata dan… trus itu menembus tubuhku.
Tubuhku terlihat samar. Terasa ringan terangkat ke udara. “Kau tak perlu melakukan itu Ukhti.” suara Rahman lembut, lalu menggandeng tanganku menuju titik terang.
—
Siti menangis tersedu di atas makam putrinya, Laila. Operasi yang dijalani anaknya gagal. Penyesalannya adalah anaknya meninggal dalam keadaan kecewa akan cinta yang ditentangnya. Ia hanya bisa meratap penuh penyesalan.
“Maafkan ibu nak. Semoga kau bahagia di surga bersama Rahman…” doanya.
Contoh Teks Cerpen Pendidikan
Kartu ATM
“Sekarang pakai kartu ATM kalian!”, perintah Bu Nisa, guru Agama kami.
ATM itu singkatan dari Aku Tidak Menyontek. Untuk mendapat kartu itu kita harus mematuhi sebuah peraturan, yaitu tidak menyontek. Kartu ATM dipakai saat ulangan dan saat latihan. Tapi, aku tidak mempunyai kartu ATM, karena aku orangnya tidak pintar dan malas belajar.
Akhirnya, ulangan pun dimulai. Aku mengerjakan soal-soal itu. Tapi, nomor 1, 3, 4, 7 dan 9, aku kesulitan. Kulihat ke sampingku untuk bertanya. Sayangnya ia memakai kartu ATM. Kulihat ke arah lain. Mereka juga memakai kartu ATM. Bu Nisa tersenyum melihatku. Akhirnya, aku pun bertanya ke Varia dengan mengancam kalau tidak jawab, ia tidak akan boleh pulang denganku. Tapi, ia menunjukkan kartu ATMnya. Aku mulai merasa kesal. Aku pun menjawab soal itu dengan asal-asal.
Saat Pulang…
Aku langsung berlari ke mobil Ayah. Aku biarkan Varia mencariku. Biarin aja dia mencariku. Siapa suruh ia tidak memberiku jawaban. Aku pun memasuki mobil Ayah. Kak Fani, kakak perempuanku, sudah berada di dalam mobil.
“Varia mana, Len?”, tanya Ayah. “Mana aku tahu”, ucapku sambil melihat ke arah Ayah. “Kita tunggu aja, ya”, kata Ayah.
Aku benci mendengar Ayah berkata begitu. Kulihat Varia membuka pintu mobil dengan muka pucat dan penuh dengan keringat.
“Kamu kenapa tinggalin aku, Len?”, tanya Varia. “Siapa suruh tadi kamu begitu”, ucapku dengan suara sedikit kasar. “Varia, kamu pakai kartu ATM juga?”, tanya Kak Fani. “Iya, Kak”, jawab Varia. “Kakak juga ada”, kata Kak Fani sambil menunjukkan kartu ATMnya. “Kartu ATM itu apa?”, tanya Ayah.
Kak Fani dan Varia menjelaskan kartu ATM kepada Ayah. Aku hanya terduduk diam memandangi jendela. Setelah selesai menjelaskan, Ayah pun mengerti.
“Wah… Helen ada?”, tanya Ayah. “Nggak ada, Yah”, jawabku menundukkan kepalaku. “Kamu tahu, gak, Len? Kalau ikut ATM, kita akan dapat kelebihan, loh”, kata Varia sambil menyodorkan sebuah kertas. “Wah… Aku mau ikut, Var. Besok aku daftar, deh sama Pak Stanlius. Kamu temeni aku, ya, Var”, ucapku tersenyum setelah membaca kertas itu. “Ok”, kata Varia.
Terima kasih sobat telah membaca materi tentang 5 Contoh Teks Cerpen Singkat dan Strukturnya (Persahabatan, Pendidikan, dan Cinta). Semoga materi ini dapat memberi manfaat bagi sobat. Jangan lupa untuk menyimpan link berikut ini https://materi-pendidikan-indonesia.blogspot.com/2016/08/5-contoh-teks-cerpen-singkat-dan.html agar sobat bisa mengunjungi materi ini sewaktu-waktu. Baiklah sampai jumpa di postingan materi-materi selanjutnya.